Bukan cuma mainan bagi si kecil, boneka juga menjadi sarana edukasi.
Kini yang lagi laris adalah boneka berwujud aneka aneka jenis makanan
kesukaan anak. Dari sinilah muncul peluang usaha yang cukup gurih.
Boneka
acap menjadi teman bermain si kecil. Selain berperan sebagai mainan,
sebetulnya boneka juga bisa menjadi sarana edukasi yang efektif. Dengan
bentuk yang lucu dan warna yang cerah, anak-anak tak akan mudah bosan
belajar dengan boneka.
Sebagian orang tua pun menggunakan boneka
untuk mengenalkan berbagai binatang atau benda-benda lainnya, kepada
buah hati tersayang. Selain itu, saat mendongeng, orang tua juga
menggunakan beragam boneka sebagai peraga untuk menghidupkan suasana.
Berawal
dari kegiatan komunitas yang ingin mengenalkan jajan pasar khas
Indonesia kepada anak-anak di Indonesia, Glenn Ardiansyah, seorang
produsen boneka, kemudian memproduksi boneka jajan pasar. “Saat
mendongeng tentang jajan pasar, ternyata, banyak orang tua yang pesan,”
ujar dia.
Dari situlah, pada 2012, Glenn memutuskan terjun
menjadi produsen boneka jajan pasar. Gayung pun bersambut. Banyak orang
tua yang kemudian memesan boneka jajan pasar.
Kini, dalam
seminggu, Glenn mampu membuat sekitar 150 boneka jajan pasar dan 150
boneka tas yang juga berbentuk jajan pasar. Ada enam varian boneka jajan
pasar yang ditawarkan oleh Glenn. Masing-masing boneka berbentuk getuk,
cenil, lemper, bolu kukus, cakwe, dan moci.
Boneka-boneka itu
dijual mulai dari harga Rp 45.000 per buah. Dalam sebulan, boneka jajan
pasar mampu menghasilkan omzet hingga Rp 80 juta.
Berbeda dengan
Glenn, Retno Setyowati, pemilik Foody Dollys, tertarik membuat
boneka berbentuk kue lantaran melihat adanya peluang dari boneka jenis ini.
Kebetulan, ia memang ingin menggeluti usaha pembuatan boneka. “Belum
banyak produsen boneka yang membuat boneka jenis ini, karena saya lebih
banyak melihat boneka binatang atau bentuk mirip manusia,” jelasnya.
Beragam bentuk boneka makanan yang dibuat Retno, seperti burger,
hotdog, rainbow cake, tiramisu. Retno juga membuat menu
fast food,
seperti boneka ayam goreng lengkap dengan kentang goreng. Selain
membuat boneka berbentuk kue dan makanan, Retno pun membuat boneka
edukasi lain, seperti boneka angka, huruf, dan boneka bunga.
Dalam sebulan, Retno mampu mengirim 400 hingga 500 buah boneka. Ia pun mengumpulkan omzet berkisar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta.
Untung 30%Usaha
pembuatan boneka ini
relatif sederhana. Modal yang disiapkan pun bisa
sangat fleksibel. Anda bisa memulai dari modal yang ringan. Dua tahun
lalu, saat memulai usaha ini, Retno hanya menggunakan dana Rp 2 juta.
“Duit itu untuk beli kain dan dakron, karena jahitnya masih menggunakan
tangan,” tutur dia.
Bahan baku boneka, yang terdiri dari kain
pelapis luar dan pengisi boneka, gampang diperoleh. Ada berbagai jenis
kain yang menjadi material luar boneka. Antara lain,
rasfur, velboa, nylex, dan
yelvo.
Kain-kain tersebut mempunyai karakteristik sendiri, mulai dari panjang
dan pendek bulu, tebal tipis kain, dan tekstur kelembutannya. Untuk
pengisi boneka bisa dipakai perca dari sisa konveksi, dakron dari serat
kapas, atau silikon yang berbentuk bulat kecil.
Retno mendapatkan bahan baku dari berbagai pemasok atau pabrik kain. Untuk pelapis luar boneka, ia memakai kain dari jenis
yelvo. “Kualitas kainnya lebih baik,” kata dia.
Bahan
kain ini merupakan produk impor dengan bulu yang pendek tapi terasa
sangat halus dan elastis. Untuk kain dengan corak-corak yang unik, ia
pun memburunya di sentra-sentra kain. Dalam sebulan, Retno memakai
sekitar 200 m² kain dan 100 kg dakron. Harga kain berkisar Rp 36.000–Rp
40.000 per m². Adapun harga dakron berkisar Rp 36.000 per kg.
Saat
ini, Retno mempekerjakan 10 orang karyawan. Mereka terbagi dalam
beberapa bagian, seperti tenaga potong pola, penjahit dengan mesin,
penjahit dengan tangan, dan tenaga untuk memasukkan dakron.
Selain
mempunyai workshop sendiri untuk mengerjakan berbagai boneka, produsen
boneka juga bisa mengalihkan produksi ke pihak lain. Seperti yang
dilakukan Glenn, yang menyerahkan produksi kepada pihak ketiga. Ia hanya
membuat desain berbagai boneka jajan pasar.
Glenn menyerahkan
pembuatan ke pihak ketiga untuk meminimalkan risiko. “Saya pilih pihak
ketiga yang benar-benar paham soal jahit-menjahit,” ujar Glenn yang
memulai usahanya dengan modal Rp 10 juta. Ia membayar Rp 20.000-Rp
30.000 sebagai ongkos jahit untuk satu boneka jajan pasar.
Dalam
memasarkan boneka ini, tentu butuh kejelian. Sebagai langkah awal,
mungkin Anda bisa menitipkan ke toko-toko boneka atau mainan yang kini
banyak bertebaran. Untuk mendongkrak penjualan, Anda bisa membuat
website atau situs. Di situs tersebut, Anda bisa memancing agen atau
reseller yang akan ikut menawarkan boneka Anda ke konsumen.
Dulu,
Glenn pun cukup terbantu berpromosi karena dia aktif dalam kegiatan
mendongeng di sekolah-sekolah. Namun, ia juga tak lupa membuat situs.
“Dari situs, banyak orang yang tertarik untuk menjadi agen atau
reseller,” katanya.
Sedangkan
Retno banyak menuai promosi dari mulut ke mulut. Mengawali usaha dengan
produksi yang terbatas, Retno menjual produknya ke teman-teman kantor
suaminya. Setelah mengantongi cukup modal, ia membuka
workshop di pinggir jalan. “Banyak yang suka dan beli di
workshop,” ujar dia.
Selebihnya,
Retno rajin mengikuti pameran, baik di kawasan perumahannya hingga
pameran di pusat-pusat belanja. Kini, Retno juga mulai menawarkan lewat
situs. Seperti halnya Glenn, ia menuai banyak penjualan dari agen dan
reseller.
Keuntungan
yang bisa diperoleh dari pembuatan boneka makanan atau kue ini lumayan
besar. Baik Glenn maupun Retno kompak bersuara, untung yang bisa dibawa
pulang lebih dari 30%. Untung bisa lebih besar, jika Anda rajin
menciptakan model-model baru. Maklum, model boneka ini juga rentan
ditiru.
Kreativitas pun menjadi salah satu kunci yang membuat
usaha boneka edukasi ini berhasil. Anda pun harus memastikan,
model-model boneka yang akan diproduksi akan mempunyai banyak penggemar.
“Saya sampai survei ke tetangga dan orang-orang sekitar untuk
mengetahui berbagai jenis roti, kue, atau makanan lainnya yang sedang
disukai pasar,” terang Glenn yang kebetulan juga seorang desainer
grafis.
Maklum, ragam makanan terus mengalami perkembangan.
Selain rajin melakukan survei, tak ada salahnya Anda jalan-jalan ke
pusat-pusat perbelanjaan untuk mengetahui tren. Bila ingin mengikuti
perkembangan kuliner, Anda juga bisa melihat di berbagai majalah yang
membahas kuliner ataupun
bakery.
Anda juga bisa menggali ide dari
browsing di dunia maya. Di internet, Anda bisa update apa saja roti atau
cake yang sedang naik daun.