Bisnis kuliner Jepang tidak ada matinya. Makanan khas Negeri Sakura itu banyak digemari orang Indonesia. Selain bento dan sushi, masih banyak menu lain yang mulai populer di Indonesia. Salah satunya adalah takoyaki.
Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.
Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini.
Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.
Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan selebihnya milik mitra usaha," jelasnya. Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki.
Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan.
Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi.
Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id
Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.
Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini.
Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.
Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan selebihnya milik mitra usaha," jelasnya. Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki.
Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan.
Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi.
Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.