Penjualan kue lazimnya terangkat selama masa perayaan Natal dan tahun baru. Untuk tahun ini, rainbow cake dan red velvet menjadi andalan untuk mencetak kenaikan penjualan. Aneka kreasi turut menaikkan popularitas kedua kue tersebut.
Warna-warni cerah ternyata bisa mengundang selera mengunyah bagi banyak orang. Kesimpulan itu muncul dari tren rainbow cake dan red velvet selama setahun terakhir.
Selama perayaan Natal dan pergantian tahun, kedua kue tersebut mengangkat penjualan di banyak toko kue, kafe, restoran dan hotel, hingga dua kali lipat. Rainbow cake sudah menghiasi etalase berbagai toko kue sejak awal 2012. Red velvet hadir lebih cepat lagi, yaitu akhir 2011.
Sesuai dengan keunggulannya, penampilan yang menarik berkat warna yang mencolok alias eye catching, rainbow cake populer di kalangan anak dan remaja. Kue bianglala itu seolah menjadi menu wajib saat perayaan ulang tahun anak-anak masa kini. Adapun kesan anggun dan elegan warna merah menggoda banyak wanita untuk mencicipi red velvet.
Banyak toko kue menjadikan kedua kue tersebut sebagai major menu. Sementara itu, restoran dan hotel mendaulat keduanya sebagai dessert andalan dalam beragam kreasi.
Michelle’s Patisserie bisa disebut sebagai toko yang menikmati legitnya penjualan rainbow cake dan red velvet. Rainbow cake, yang dijual dengan harga tertinggi Rp 550.000 per loyang itu, mengangkat pemasukan toko tersebut hingga 50% tiap bulannya.
Karena memiliki katering sendiri, toko yang berlokasi di Central Park Jakarta itu berani memberi jaminan bahwa warna yang digunakan dalam rainbow cake-nya masuk kategori food grade. Pembeli juga dapat memesan rainbow cake yang unik sesuai dengan keinginan masing-masing.
Adapun red velvet hadir dengan berbagai variasi yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Di bulan Desember, kue yang mengerek naik pemasukan Michelle’s Patisserie hingga 30% itu, tampil dengan kombinasi dark cherry serta cheese cream di tengahnya. “Saat Natal dan tahun baru, kami sampai kewalahan melayani pengunjung,” kata barista Michelle’s Patisserie, Rico Matondang.
Berkah dua kue dengan penampilan unik itu juga dinikmati The Harvest. Toko itu menyajikan red velvet sejak Mei dan rainbow cake pada Oktober. Red velvet versi The Harvest adalah kue berbahan buah bit asli yang dipadukan dengan macaroon tower berbungkus kotak merah. Sejak muncul, kue itu menempati produk terlaris kedua, setelah chocolate devil, dalam tingkat pemesanan. Di The Harvest, banderol harga red velvet berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per loyang.
The Harvest juga memodifikasi tampilan rainbow cake. Jika banyak toko menyusun kue ini dalam enam lapis warna pelangi secara horizontal, lapisan warna rainbow cake ala The Harvest tersusun secara vertikal. Dengan diameter 20 cm, kue itu dijual seharga Rp 290.000.
Masing-masing kue bisa menuai pesanan hingga 50 loyang per hari. Marketing Manager The Harvest, Frita P. Widiastanti, menyebut, kedua menu tersebut menyumbang kenaikan pendapatan 10% per bulannya. Pertumbuhan pesanan lebih tinggi lagi di saat Natal dan tahun baru, hingga tiga kali lipat.
Menaikkan omzet
Rainbow cake dan red velvet yang baru hadir selama lima bulan di Eaton Restaurant and Bakery juga sukses mendongkrak pendapatan toko kue itu hingga 20% setiap bulan. Bila toko lain menggunakan buah bit atau pewarna makanan untuk menghasilkan merah segar red velvet, maka Eaton menggunakan raspberry dan cranberry. Eaton juga membedakan rainbow cake-nya dengan menekankan rasa, bukan warna.
Pemain baru, semacam D’Cakes by Dewi, turut menyaksikan tingginya pesona kedua kue tersebut. Sejak pertama kali membuka tokonya pada Juli 2012, Puspita Dewi Laksmono atau yang akrab disapa Dewi, telah menikmati omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan dengan kenaikan mencapai 50% saat Natal kemarin, berkat red velvet dan rainbow cake. Di toko ini, untuk penjualan per potong, rainbow cake tampil dalam tiga warna, yakni merah, kuning, dan hijau. Adapun untuk penjualan per loyang, Dewi tetap menggunakan enam lapis warna dengan kisaran harga Rp 150.000 sampai Rp 350.000 per loyang.
Dewi menggoda konsumennya dengan menyajikan red velvet berpadu cream cheese dan almond nougat. Kue tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 200.000–Rp 375.000 per loyang. Baru-baru ini, Dewi merilis varian velvet terbaru, yakni pink velvet. Kue ini pun menikmati kenaikan pemesanan hingga 30%.
Rainbow cake dan red velvet juga laris manis di restoran dan hotel. Di Union Restaurant, red velvet menjadi menu andalan yang bahkan harus diproduksi tiga kali sehari demi memenuhi permintaan pengunjung, yakni pada pukul 11.00 WIB, 16.00 WIB, dan 19.00 WIB. Menurut host Union, Vira, kue yang dijual seharga Rp 528.000 per loyang, dengan diameter 24 cm itu, bisa laku hingga 80 loyang per hari. Namun Vira menolak menyebutkan kenaikan omzet yang disumbang oleh menu yang telah ada sejak Agustus 2011, di restoran yang terletak di Plaza Senayan itu.
Kedua kue itu juga menjadi dessert andalan di restoran Hotel Aston Marina sejak awal 2012 dan Hotel Aston Bali sejak September 2012. Marketing and Communication Manager Hotel Aston Marina, Gita Ashari, mengakui, dari rainbow cake dan red velvet, restoran Aston menikmati kenaikan omzet hingga 40% per bulan.
Peminat kedua kue tersebut juga dapat memesan melalui Cicip-Cicip, toko kue milik Hotel Aston. Di tempat itu, pelanggan dapat memesan kreasi rainbow cake dan red velvet, sesuai dengan keinginan, dengan harga minimal Rp 100.000 per loyang.
Namun ada pula toko kue yang memilih untuk mengakhiri produksi rainbow cake dan red velvet, tahun depan. Pemilik Souly Butter Kitchen, Rezia Dwinanda, menuturkan, meski masih masuk daftar produk dengan penjualan tinggi di tahun ini, kedua kue itu tak akan lagi diproduksi Soully Butter.
“Mungkin di tempat lain kedua kue ini masih dicari pelanggan. Tapi kami percaya pelanggan butuh pembaharuan. Jadi toko kami lebih memilih memproduksi menu baru untuk tahun depan,” ujar dia. Kira-kira, sampai kapan, ya, daya pikat kedua kue itu awet?
Warna-warni cerah ternyata bisa mengundang selera mengunyah bagi banyak orang. Kesimpulan itu muncul dari tren rainbow cake dan red velvet selama setahun terakhir.
Selama perayaan Natal dan pergantian tahun, kedua kue tersebut mengangkat penjualan di banyak toko kue, kafe, restoran dan hotel, hingga dua kali lipat. Rainbow cake sudah menghiasi etalase berbagai toko kue sejak awal 2012. Red velvet hadir lebih cepat lagi, yaitu akhir 2011.
Sesuai dengan keunggulannya, penampilan yang menarik berkat warna yang mencolok alias eye catching, rainbow cake populer di kalangan anak dan remaja. Kue bianglala itu seolah menjadi menu wajib saat perayaan ulang tahun anak-anak masa kini. Adapun kesan anggun dan elegan warna merah menggoda banyak wanita untuk mencicipi red velvet.
Banyak toko kue menjadikan kedua kue tersebut sebagai major menu. Sementara itu, restoran dan hotel mendaulat keduanya sebagai dessert andalan dalam beragam kreasi.
Michelle’s Patisserie bisa disebut sebagai toko yang menikmati legitnya penjualan rainbow cake dan red velvet. Rainbow cake, yang dijual dengan harga tertinggi Rp 550.000 per loyang itu, mengangkat pemasukan toko tersebut hingga 50% tiap bulannya.
Karena memiliki katering sendiri, toko yang berlokasi di Central Park Jakarta itu berani memberi jaminan bahwa warna yang digunakan dalam rainbow cake-nya masuk kategori food grade. Pembeli juga dapat memesan rainbow cake yang unik sesuai dengan keinginan masing-masing.
Adapun red velvet hadir dengan berbagai variasi yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Di bulan Desember, kue yang mengerek naik pemasukan Michelle’s Patisserie hingga 30% itu, tampil dengan kombinasi dark cherry serta cheese cream di tengahnya. “Saat Natal dan tahun baru, kami sampai kewalahan melayani pengunjung,” kata barista Michelle’s Patisserie, Rico Matondang.
Berkah dua kue dengan penampilan unik itu juga dinikmati The Harvest. Toko itu menyajikan red velvet sejak Mei dan rainbow cake pada Oktober. Red velvet versi The Harvest adalah kue berbahan buah bit asli yang dipadukan dengan macaroon tower berbungkus kotak merah. Sejak muncul, kue itu menempati produk terlaris kedua, setelah chocolate devil, dalam tingkat pemesanan. Di The Harvest, banderol harga red velvet berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per loyang.
The Harvest juga memodifikasi tampilan rainbow cake. Jika banyak toko menyusun kue ini dalam enam lapis warna pelangi secara horizontal, lapisan warna rainbow cake ala The Harvest tersusun secara vertikal. Dengan diameter 20 cm, kue itu dijual seharga Rp 290.000.
Masing-masing kue bisa menuai pesanan hingga 50 loyang per hari. Marketing Manager The Harvest, Frita P. Widiastanti, menyebut, kedua menu tersebut menyumbang kenaikan pendapatan 10% per bulannya. Pertumbuhan pesanan lebih tinggi lagi di saat Natal dan tahun baru, hingga tiga kali lipat.
Menaikkan omzet
Rainbow cake dan red velvet yang baru hadir selama lima bulan di Eaton Restaurant and Bakery juga sukses mendongkrak pendapatan toko kue itu hingga 20% setiap bulan. Bila toko lain menggunakan buah bit atau pewarna makanan untuk menghasilkan merah segar red velvet, maka Eaton menggunakan raspberry dan cranberry. Eaton juga membedakan rainbow cake-nya dengan menekankan rasa, bukan warna.
Pemain baru, semacam D’Cakes by Dewi, turut menyaksikan tingginya pesona kedua kue tersebut. Sejak pertama kali membuka tokonya pada Juli 2012, Puspita Dewi Laksmono atau yang akrab disapa Dewi, telah menikmati omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan dengan kenaikan mencapai 50% saat Natal kemarin, berkat red velvet dan rainbow cake. Di toko ini, untuk penjualan per potong, rainbow cake tampil dalam tiga warna, yakni merah, kuning, dan hijau. Adapun untuk penjualan per loyang, Dewi tetap menggunakan enam lapis warna dengan kisaran harga Rp 150.000 sampai Rp 350.000 per loyang.
Dewi menggoda konsumennya dengan menyajikan red velvet berpadu cream cheese dan almond nougat. Kue tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 200.000–Rp 375.000 per loyang. Baru-baru ini, Dewi merilis varian velvet terbaru, yakni pink velvet. Kue ini pun menikmati kenaikan pemesanan hingga 30%.
Rainbow cake dan red velvet juga laris manis di restoran dan hotel. Di Union Restaurant, red velvet menjadi menu andalan yang bahkan harus diproduksi tiga kali sehari demi memenuhi permintaan pengunjung, yakni pada pukul 11.00 WIB, 16.00 WIB, dan 19.00 WIB. Menurut host Union, Vira, kue yang dijual seharga Rp 528.000 per loyang, dengan diameter 24 cm itu, bisa laku hingga 80 loyang per hari. Namun Vira menolak menyebutkan kenaikan omzet yang disumbang oleh menu yang telah ada sejak Agustus 2011, di restoran yang terletak di Plaza Senayan itu.
Kedua kue itu juga menjadi dessert andalan di restoran Hotel Aston Marina sejak awal 2012 dan Hotel Aston Bali sejak September 2012. Marketing and Communication Manager Hotel Aston Marina, Gita Ashari, mengakui, dari rainbow cake dan red velvet, restoran Aston menikmati kenaikan omzet hingga 40% per bulan.
Peminat kedua kue tersebut juga dapat memesan melalui Cicip-Cicip, toko kue milik Hotel Aston. Di tempat itu, pelanggan dapat memesan kreasi rainbow cake dan red velvet, sesuai dengan keinginan, dengan harga minimal Rp 100.000 per loyang.
Namun ada pula toko kue yang memilih untuk mengakhiri produksi rainbow cake dan red velvet, tahun depan. Pemilik Souly Butter Kitchen, Rezia Dwinanda, menuturkan, meski masih masuk daftar produk dengan penjualan tinggi di tahun ini, kedua kue itu tak akan lagi diproduksi Soully Butter.
“Mungkin di tempat lain kedua kue ini masih dicari pelanggan. Tapi kami percaya pelanggan butuh pembaharuan. Jadi toko kami lebih memilih memproduksi menu baru untuk tahun depan,” ujar dia. Kira-kira, sampai kapan, ya, daya pikat kedua kue itu awet?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.