JAKARTA. Pemain di bisnis roti, kue dan donat makin beragam. Supaya bisa
memikat konsumen, produk yang ditawarkan harus punya ciri khas.
Kekhasan inilah yang diusung toko roti Bread Castle di Bekasi.
Toko roti yang berdiri sejak tiga tahun silam ini mengusung cita rasa khas roti tradisional Inggris. “Rotinya lebih lembut dan enak. Roti yang kita buat sama dengan kebanyakan toko-toko roti tradisional di Inggris,” klaim Sigit Basuki, Manajer Produksi Bread Castle.
Selain roti, Bread Castle juga memproduksi kue (pastries) dan donat. Total, ada 18 jenis roti yang ditawarkan, 11 jenis kue, dan 22 jenis donat. Setiap produk dibanderol mulai dari Rp 5.500, hingga Rp 250.000 untuk kue ulang tahun rainbow cake. Bread Castle menyasar pelanggan kalangan menengah atas.
Untuk melebarkan sayap bisnis, Bread Castle mulai menawarkan kemitraan Desember tahun ini. Sigit mengaku belum memiliki mitra saat ini. Namun, sudah ada empat gerai Bread Castle milik pusat, yang berlokasi di Bekasi, Jakarta dan Cikarang. Untuk menyesuaikan target pasarnya, semua gerai itu berada di pusat perbelanjaan.
Anda berminat? Siapkan modal Rp 800 juta untuk memboyong paket kemitraan Bread Castle. Mitra akan mendapatkan bahan baku awal, dekorasi toko, pelatihan membuat roti, dan pendampingan selama toko beroperasi. Namun, mitra harus menyiapkan tempat minimal 75 meter persegi (m2). “Yang penting lokasinya sesuai target pasar kami. Cukup untuk display roti dan dapurnya,” papar Sigit.
Balik modal 18 bulan
Mengacu gerai yang sudah beroperasi, Sigit bilang, bisa meraup omzet Rp 120 juta sebulan. Target keuntungan bersih 30%. Jika tercapai, mitra bisa balik modal dalam 18 bulan. Oh ya, pihak pusat tidak memungut biaya royalti maupun biaya kemitraan.
Kata Sigit, pihaknya belum memasang target penambahan jumlah gerai milik mitra. Maklum, Bread Castle masih melihat respon masyarakat terhadap tawaran kemitraan.
Ketua Komite Tetap dan Waralaba Lisensi Kadin, Amir Karamoy bilang pangsa pasar usaha roti dari tahun ke tahun makin meluas. Roti bukan hanya disajikan bagi masyarakat kelas ekonomi tertentu. “Ibaratnya, dulu yang makan roti hanya orang Belanda saja, namun sekarang sudah semua kalangan masyarakat,” tuturnya.
Namun, ia mengingatkan persoalan dalam bisnis roti adalah soal kualitas produk dan pemilihan pasar yang tepat. Menurut Amir, pemilik Bread Castle harus tahu pasti pangsa pasar mana yang dibidik. Ia mencontohkan, jika Bread Castle menyasar pangsa pasar yang sama dengan Bread Talk, maka tantangannya cukup berat, karena Bread Talk sudah terlebih dahulu muncul dan punya nama besar.
“Intinya, harus tahu peta persaingan. Kalau tetap mau head to head dengan Bread Talk, ya sah-sah saja, tapi harus dipikirkan strategi bisnisnya,” saran Amir. Sumber : Kontan.co.id
Toko roti yang berdiri sejak tiga tahun silam ini mengusung cita rasa khas roti tradisional Inggris. “Rotinya lebih lembut dan enak. Roti yang kita buat sama dengan kebanyakan toko-toko roti tradisional di Inggris,” klaim Sigit Basuki, Manajer Produksi Bread Castle.
Selain roti, Bread Castle juga memproduksi kue (pastries) dan donat. Total, ada 18 jenis roti yang ditawarkan, 11 jenis kue, dan 22 jenis donat. Setiap produk dibanderol mulai dari Rp 5.500, hingga Rp 250.000 untuk kue ulang tahun rainbow cake. Bread Castle menyasar pelanggan kalangan menengah atas.
Untuk melebarkan sayap bisnis, Bread Castle mulai menawarkan kemitraan Desember tahun ini. Sigit mengaku belum memiliki mitra saat ini. Namun, sudah ada empat gerai Bread Castle milik pusat, yang berlokasi di Bekasi, Jakarta dan Cikarang. Untuk menyesuaikan target pasarnya, semua gerai itu berada di pusat perbelanjaan.
Anda berminat? Siapkan modal Rp 800 juta untuk memboyong paket kemitraan Bread Castle. Mitra akan mendapatkan bahan baku awal, dekorasi toko, pelatihan membuat roti, dan pendampingan selama toko beroperasi. Namun, mitra harus menyiapkan tempat minimal 75 meter persegi (m2). “Yang penting lokasinya sesuai target pasar kami. Cukup untuk display roti dan dapurnya,” papar Sigit.
Balik modal 18 bulan
Mengacu gerai yang sudah beroperasi, Sigit bilang, bisa meraup omzet Rp 120 juta sebulan. Target keuntungan bersih 30%. Jika tercapai, mitra bisa balik modal dalam 18 bulan. Oh ya, pihak pusat tidak memungut biaya royalti maupun biaya kemitraan.
Kata Sigit, pihaknya belum memasang target penambahan jumlah gerai milik mitra. Maklum, Bread Castle masih melihat respon masyarakat terhadap tawaran kemitraan.
Ketua Komite Tetap dan Waralaba Lisensi Kadin, Amir Karamoy bilang pangsa pasar usaha roti dari tahun ke tahun makin meluas. Roti bukan hanya disajikan bagi masyarakat kelas ekonomi tertentu. “Ibaratnya, dulu yang makan roti hanya orang Belanda saja, namun sekarang sudah semua kalangan masyarakat,” tuturnya.
Namun, ia mengingatkan persoalan dalam bisnis roti adalah soal kualitas produk dan pemilihan pasar yang tepat. Menurut Amir, pemilik Bread Castle harus tahu pasti pangsa pasar mana yang dibidik. Ia mencontohkan, jika Bread Castle menyasar pangsa pasar yang sama dengan Bread Talk, maka tantangannya cukup berat, karena Bread Talk sudah terlebih dahulu muncul dan punya nama besar.
“Intinya, harus tahu peta persaingan. Kalau tetap mau head to head dengan Bread Talk, ya sah-sah saja, tapi harus dipikirkan strategi bisnisnya,” saran Amir. Sumber : Kontan.co.id